Pada saat mulai
memasuki topik 3 ini, saya berpikir akan belajar mengenai pengaruh faktor
sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam penyelenggaraan pembelajaran. Hal
itu sesuai dengan judul dari topik ini, yaitu “Perspektif Sosial, Budaya,
Ekonomi, dan Politik dalam Pembelajaran”. Dalam alur M (Mulai Dari Diri) saya
diajak untuk mengingat-ingat bagaimana kondisi sekolah tempat saya belajar
dahulu. Serta mengidentifikasi perbedaan proses pembelajaran dalam tiap jenjang
Pendidikan. Pada alur M juga disajikan video yang berjudul “Cermin Dari
Pelosok”. Dalam video tersebut menampilkan keadaan di berbagai sekolah di
Indonesia yang memiliki keterbatasan sarana dan prasarana untuk menunjang
proses pembelajaran. Sarana dan prasarana adalah hal penting yang perlu
dimiliki oleh suatu sekolah untuk menunjang proses pembelajaran agar kualitas Pendidikan
pada satuan tersebut lebih berkualitas dan berjalan dengan optimal.
Pada eksplorasi konsep, saya belajar mengenai bagaimana faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik memberikan kontribusi dalam eksklusivitas dan kesenjangan dalam proses pembelajaran di sekolah. Segala faktor dalam kehidupan tentu memberikan kontribusinya masing-masing dalam proses pembelajaran karena di dalam sistem, tiap faktor memiliki keterkaitan yang berpengaruh pada hasil akhirnya, yaitu kualitas Pendidikan dalam suatu daerah tertentu. Selain itu, perbedaan kondisi di beberapa daerah juga menyebabkan perbedaan pelaksanaan Pendidikan di daerah tersebut. Hal itu juga mengakibatkan ketidakmerataan dalam sistem Pendidikan di Indonesia yang dapat memperparah ketimpangan sosial antar kelompok sosial tertentu. Ketidakmerataan yang muncul dalam dunia Pendidikan akan menghadirkan isu-isu di lingkungan Pendidikan. Salah satu isu yang sering muncul di dunia Pendidikan adalah adanya kesenjangan fasilitas Pendidikan di sekolah. Hal itu tentu mempengaruhi kualitas Pendidikan yang dihasilkan di sekolah tersebut. Selain itu, isu mengenai peran orang tua dan masyarakat juga menjadi masalah yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Peserta didik dengan dukungan yang baik dari keluarga tentunya lebih siap untuk menerima pembelajaran di kelas daripada peserta didik yang kurang mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Sebagai calon guru, sebaiknya mampu mengkritisi berbagai isu yang muncul di dunia Pendidikan. Beberapa kritik terhadap isu-isu yang hadir di dunia Pendidikan tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan semata, melainkan sebagai langkah untuk menemukan solusi untuk meningkatkan Pendidikan di Indonesia secara menyeluruh.
Masuk dalam ruang
kolaborasi, saya dan rekan-rekan melakukan interview dengan dua guru dari dua
sekolah yang berbeda. Interview ini dilakukan dengan maksud mengidentifikasi
masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran, perbedaan latar belakang sosial
yang terjadi di dalam kelas, dan strategi/pendekatan yang dilakukan guru dalam
menghadapi masalah yang muncul di sekolah tempat mereka mengajar. Interview
dilakukan di SD N Jombor 03 dan SD N Pengkol 1. Di SD N Jombor 03 masalah yang
muncul berkaitan dengan latar belakang sosial dari keluarga peserta didik yang
mempengaruhi proses pembelajaran, pengkondisian kelas, hingga pemilihan media
pembelajaran yang mampu menarik minat peserta didik dalam KBM. Guru di SD
tersebut melakukan berbagai strategi untuk mengatasi masalah tersebut, misalkan
dengan mengajak peserta didik melakukan pembelajaran di luar kelas secara
langsung, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi,hingga menanamkan karakter
dan memberi motivasi peserta didik. Kemudian di SD N Pengkol 1 masalah yang
muncul pada kelas rendah adalah beberapa anak yang kesulitan dalam membaca dan
menulis, serta kurangnya minat anak dalam belajar karena masih masa peralihan
dari taman kanak-kanak. Guru di SD tersebut juga menerapkan
Hal penting yang saya
pelajari dari proses demonstrasi kontekstual bersama rekan sekelompok adalah
pentingnya belajar dari kesalahan. Dalam kerja kelompok sering kali terjadi
kegagalan atau kesalahan. Ini memberikan kesempatan bagi kamu untuk belajar
dari pengalaman tersebut dan menjadi lebih baik untuk kegiatan selanjutnya. Selain
itu, komunikasi, kerja sama, serta koordinasi yang jelas antara anggota
kelompok dalam kegiatan diskusi dan presentasi juga diperlukan. Penting bagi
kelompok kami untuk menyajikan presentasi yang tepat dan menarik, serta
memastikan pemahaman konsep yang akurat terkait topik yang dipelajari. Selain
itu, penting juga memperhatikan cara pengucapan, konten, dan visualisasi
presentasi agar audiens dapat dengan jelas memahami informasi yang kami
sampaikan.
Setelah mempelajari topik
ini, saya memahami pentingnya mempelajari isu-isu yang berkaitan dengan kondisi
sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam konteks Pendidikan. Beragam isu yang
muncul di masyarakat tentunya berkaitan dengan keadaan masyarakat Indonesia yang
bersifat multikuktural. Beragam isu tersebut tidak dapat serta merta
dihilangkan sepenuhnya, melainkan dapat diminimalisasi dengan upaya yang
komprehensif dan berkelanjutan dari seluruh komponen masyarakat. Hal ini
dimaksudkan untuk membangun masyarakat yang lebih adil, setara, dan inklusif. Hal
baru yang saya pelajari di topik ini berkaitan dengan besarnya pengaruh faktor
eksternal (sosial, budaya, ekonomi, dan politik) terhadap pelaksanaan Pendidikan
di Indonesia yang bersifat mutlikultural. Untuk selanjutnya, saya ingin
mempelajari lebih lanjut mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
meminimalisasi adanya isu-isu yang berkaitan dengan kondisi sosial, budaya,
ekonomi, dan politik dalam Pendidikan di Indonesia. Hal ini saya maksudkan agar
saya dapat ikut andil dalam dunia Pendidikan untuk meningkatkan kualitas Pendidikan
di Indonesia.
Dalam alur koneksi antar
materi, saya mengoneksikan dari pengalaman saya dengan komitmen guru dalam
memberikan proses pembelajaran yang layak pada peserta didik. dari hasil
koneksi tersebut didapatkan beberapa komitmen guru dalam memberikan
pembelajaran yang layak. Pertama, kesetaraan sosial dan ekonomi. Guru perlu
memahami bahwa latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi peserta didik
mempengaruhi pembelajaran. Pendidikan kritis membantu mengatasi diskriminasi
dan ketidakadilan di kelas. Kedua, Peran guru sebagai fasilitator. Guru
berperan sebagai fasilitator, memberikan scaffolding sesuai kebutuhan, dan
mendukung kerja sama kelompok untuk meningkatkan keterampilan sosial peserta
didik. Ketiga, pengalaman praktik mengajar. Strategi seperti pembelajaran
kolaboratif dan diferensiasi penting dalam menciptakan lingkungan yang adil dan
emansipatif. Keempat, inklusi Pendidikan. Guru harus berkomitmen menciptakan Pendidikan
yang inklusif, di mana semua peserta didik, termasuk kaum minoritas dan peserta
didik dengan kebutuhan khusus, mendapatkan akses yang adil
Setelah mempelajari topik ini saya mendapatkan pelajaran yang nantinya bermanfaat ketika saya sudah mengajar di SD. Saya menjadi lebih memahami hal-hal yang berpengaruh dalam proses belajar peserta didik tidak hanya berasal dari faktor internal saja, melainkan ada faktor eksternal yang berupa faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dari lingkungan tempat belajar. Saya juga bisa belajar bersama rekan dan dosen pengampu terkait upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk meminimalisasi eksklusivitas yang terjadi di dunia Pendidikan. Kesiapan saya sebagai guru dalam skala 1-10 adalah 8. Saya menyadari bahwa hanya mempelajari teori saja tidak cukup untuk mempersiapkan diri saya menjadi guru yang optimal. Saya juga perlu mengembangkan keterampilan dasar mengajar melalui praktik langsung di SD. Dengan cara ini, kesiapan saya sebagai guru akan lebih baik, dan saya dapat menerapkan teori serta praktik yang telah dipelajari secara maksimal di masa depan.
Disusun oleh Elvina Isna Nurjanah (Mahasiswa PPG Calon Guru 2024) untuk memenuhi tagihan mata kuliah Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia topik 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar