Selasa, 11 Maret 2025

Computational Thinking - Topik 4

 Pada tulisan kali ini akan saya sajikan pekerjaan saya pada mata kuliah Computational Thinking di Topik 4 pada alur Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep. Alur tersebut saya mengerjakan beberapa soal untuk memperdalam mengenai pengetahuan saya mengenai materi CT dalam Kurikulum. Berikut ini pertanyaan dalam web LMS dan juga jawaban saya.

MULAI DARI DIRI

1.      Bagaimana pendapat Anda mengenai keberadaan CT di dalam Kurikulum Merdeka?

Jawab:

Menurut saya, keberadaan CT dalam Kurikulum Medeka merupakan langkah positif dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan di era digital. CT bukan hanya tentang pemrograman, tetapi juga tentang cara berpikir yang sistematis, logis, dan analitis dalam menyelesaikan masalah. Sehingga, dengan memasukkan CT dalam kurikulum, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang dapat diterapkan di berbagai bidang, seperti sains, matematika, dan bahkan ilmu sosial.

2.      Karena CT berada dalam kurikulum, CT dipandang sebagai sesuatu yang perlu dipelajari oleh peserta didik. Menurut Anda, mengapa CT tidak diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri?

Jawab:

CT tidak diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri karena pendekatan ini lebih efektif jika diintegrasikan ke dalam berbagai disiplin ilmu. Jika CT dijadikan mata pelajaran tersendiri, ada kemungkinan peserta didik hanya akan melihatnya sebagai teori tanpa penerapan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengintegrasikan CT ke dalam mata pelajaran tertentu akan membuat peserta didik lebih memahami cara CT membantu dalam berbagai konteks. Selain itu, menambah mata pelajaran baru juga akan menambah beban kurikulum, yakni mengurangi jam pelajaran yang sudah ada. Sehingga, pendekatan integratif lebih efisien tanpa mengurangi jam pelajaran yang sudah ada. 

3.      Pada saat Anda membaca referensi-referensi yang ditugaskan oleh dosen Anda, bagian mana yang:

o    Paling menarik untuk Anda? Mengapa?

Jawab:

Menurut saya, bagian menarik dari artikel “Defining Computational Thinking for Mathematics and Science Classrooms”, artikel ini menjelaskan mengenai cara CT membantu dalam memahami konsep matematika dan sains. Artikel ini juga menunjukkan bahwa CT tidah hanya berkaitan dengan pemrograman saja, tetapi juga mencakup pemikiran algoritmik dan pemecahan masalah berbasis data. Hal ini menarik karena banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam matematikan dan sains, sehingga pendekatan CT bisa menjadi solusi untuk membantu mereka memahami konsep abstrak dengan baik.

o    Paling sulit untuk diajarkan? Mengapa?

Jawab:

Bagian paling sulit untuk diajarkan adalah dari artikel “A Pedagogical Framework for Computational Thinking”. Yakni mengenai konsep tentang cara mengajarkan CT dalam berbagai mata pelajaran tanpa membuatnya terkesan sebagai sesuatu yang terpisah. Kemudian, belum semua pengajar memiliki pemahaman yang mendalam tentang CT, sehingga implementasi CT di kelas bisa sulit dilakukan. Selain itu, pendekatan pembelajaran berbasis pemecahan masalah memerlukan kesiapan guru dalam merancang aktivitas yang sesuai dan menarik bagi peserta didik.

 


EKSPLORASI KONSEP BAGIAN 3


Bagi calon guru kelas I sampai VI. Ceritakan dengan kata-kata Anda sendiri terkait peningkatan capaian yang ada pada fase A sampai C. Apakah Anda dapat melihat peningkatan capaian dari fase A-C? Jelaskan jawaban Anda! 

Jawab:

Pada fase A (kelas 1-2 SD), peserta didik mulai belajar berpikir komputasional dengan cara sederhana. Mereka mengenali, membandingkan, memilih, memilah, mengelompokkan, dan mengurutkan benda-benda nyata yang ada di sekitar mereka. Proses ini masih berfokus pada hal-hal konkret yang dapat mereka lihat dan sentuh, sehingga membantu mereka memahami pola dan keteraturan dengan cara yang lebih mudah.

Memasuki fase B (kelas 3-4 SD), peserta didik mengembangkan keterampilan yang telah mereka pelajari sebelumnya, tetapi dengan tingkat yang lebih abstrak. Mereka tidak hanya mengelompokkan benda nyata, tetapi juga mulai memahami konsep data sederhana. Selain itu, mereka mulai menggunakan alat bantu atau perkakas tertentu untuk membantu mereka dalam menyusun dan mengolah informasi.

Pada fase C (kelas 5-6 SD), peserta didik menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Jika sebelumnya mereka hanya mengolah data dalam jumlah kecil, kini mereka mulai bekerja dengan data yang lebih banyak dan bervariasi. Mereka juga belajar mencari berbagai alternatif solusi dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan menerapkan berpikir komputasional secara lebih luas. Hal ini membuat mereka lebih terlatih dalam menganalisis, mengelola, dan menyusun informasi secara lebih sistematis.

              

Kemudian, berkaitan dengan peningkatan dari fase A ke C. Terdapat peningkatan dari fase A ke fase C, peningkatan ini dapat terlihat dalam beberapa aspek, yaitu:

Ø  Dari konkret ke abstrak:  Pada fase A, peserta didik masih berfokus pada benda nyata. Di fase B dan C, mereka mulai memahami konsep abstraksi dan himpunan data.

Ø  Dari sederhana ke kompleks: Pada fase A, peserta didik hanya mengelompokkan dan mengurutkan benda sederhana. Di fase B, mereka mulai menyusun dan memilah dengan berbagai cara. Di fase C, mereka harus menghadapi data yang lebih besar dan lebih rumit.

Ø  Dari satu solusi ke berbagai solusi: Pada fase A, peserta didik hanya belajar menemukan solusi sederhana. Di fase B dan C, mereka belajar bahwa ada banyak alternatif solusi untuk suatu masalah.

 

 


EKSPLORASI KONSEP BAGIAN 4


Menurut Anda, bagaimana posisi CT di Indonesia jika dibandingkan keberadaannya di beberapa negara lain yang sudah berupaya terlebih dahulu untuk memasukkan CT ke dalam kurikulumnya?

Jawab:

Computational Thinking (CT) di Indonesia masih dalam tahap pengembangan dan baru mulai diintegrasikan dalam Kurikulum Merdeka. Di tingkat SD, konsep CT diperkenalkan melalui mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPAS, sedangkan di jenjang SMP dan SMA, CT lebih eksplisit dalam mata pelajaran Informatika. Meski demikian, pemahaman mengenai CT sebagai keterampilan berpikir logis dan pemecahan masalah masih terus dibangun.

Jika dibandingkan dengan negara lain, beberapa negara sudah lebih dulu mengadopsi CT dalam kurikulumnya. Amerika Serikat telah memasukkan CT ke dalam Pendidikan sejak 2016 melalui program "Computer Science for All Initiative." Finlandia mengajarkan CT melalui permainan dan aktivitas tanpa komputer, sementara Singapura memiliki program "Code for Fun" yang mengajarkan pemikiran algoritmik sejak dini. Inggris bahkan telah mewajibkan mata pelajaran Computing sejak 2014 di sekolah dasar dan menengah.

Namun, penerapan CT di Indonesia masih menghadapi tantangan, seperti kurangnya kesiapan guru dalam mengajarkan konsep ini, keterbatasan infrastruktur di beberapa daerah, serta anggapan bahwa CT hanya berhubungan dengan pemrograman, padahal lebih luas dari itu. Meski demikian, dengan adanya pelatihan guru, dukungan kebijakan, serta pengembangan sumber belajar, diharapkan CT dapat menjadi keterampilan yang dikuasai peserta didik, sebagaimana yang telah diterapkan di negara lain.

Baca Selengkapnya

Minggu, 02 Maret 2025

Hasil Refleksi pada Aksi Nyata - CT Topik 3

T3-8 Aksi Nyata – Refleksi Pembelajaran

1.      Pengalaman menarik apa saja yang Anda dapatkan dari mengimplementasikan CT untuk menyelesaikan berbagai jenis persoalan? Anda bisa menceritakan keberhasilan dan kegagalan yang Anda alami dalam mempelajari topik ini.

Jawab:

Pengalaman menarik yang saya alami dalam menerapkan Computational Thinking (CT) adalah saat mendampingi peserta didik dalam menyelesaikan soal Bahasa Indonesia mengenai cara memahami is teks bacaan tertentu. Beberapa peserta didik mengalami kesuitan dalam memahami bacaan karena mereka cenderung membaca seluruh bacaan secara langsung tanpa memilih informasi-informasi penting.

Saya kemudian mencoba menerapkan prinsip dekomposisi dalam memecahkan soal ini. Peserta didik diajak memecah bacaan menjadi bagian-bagian kecil, seperti mencari kalimat utama dalam setiap paragraf, mengidentifikasi tokoh dan kejadian utama, dan menyusun ringkasan berdasarkan informasi tersebut. Melalui cara ini, peserta didik dapat lebih mudah memahami isi bacaan dan dapat menjawab petanyaan dengan lebih tepat. Keberhasilan yang saya temukan adalah meningkatnya kemampuan peserta didik dalam memahami isi bacaan karena mereka mulai terbiasa memilah informasi berdasarkan struktur teks.

2.      Apakah terjadi perubahan cara berpikir yang Anda alami setelah mempelajari topik CT dalam problem solving (topik 2 dan 3)?

Jawab:

Setelah mempelajari topik ini, saya mulai berpikir lebih sistematis dalam memecahkan masalah, tidak hanya dalam konteks akademik tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Sebelumnya, saya cenderung menyelesaikan suatu masalah secara langsung tanpa merancang strategi terlebih dahulu. Namun, dengan memahami prinsip CT seperti pattern recognition dan algorithmic thinking, saya lebih mampu mengidentifikasi pola dalam suatu permasalahan dan menyusun langkah-langkah penyelesaian yang lebih efisien.

3.      Apakah ada perbaikan yang dapat Anda lakukan terhadap cara mengajar Anda nantinya setelah mempelajari topik CT dalam problem solving?

Jawab:

Setelah mempelajari CT dalam problem solving saya menjadi lebih sadar mengenai pentingnya membimbing peserta didik dalam berpikir kritis dan logis sejak dini. Kedepannya saya akan melakukan perbaikan terhadap cara mengajar saya, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) yang mengintegrasikan prinsip CT, seperti mendorong siswa untuk mengenali pola dalam teks bacaan atau membangun strategi pemecahan masalah dalam numerasi. Saya juga akan lebih banyak menggunakan media interaktif, seperti permainan edukatif berbasis CT, agar peserta didik lebih antusias dalam kegiatan belajar.


Unggahan ini disusun oleh Elvina Isna Nurjanah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Computational Thinking Topik 3 Aksi Nyata sebagai portofolio mata kuliah. 

Baca Selengkapnya

Lembar Kerja pada Koneksi Antar Materi - CT Topik 3

 

T3.7 KONEKSI ANTAR MATERI COMPUTATIONAL THINKING TOPIK 3


Nama anggota 1        : Aisah Nuraini NIM anggota 1             2422520004

Nama anggota 2        : Elvina Isna Nurjanah NIM anggota 2             2422520030

Nama anggota 2        : Henggar Sulistyowati NIM anggota 2             2422520043

Kesamaan dan perbedaan tipe soal Bebras dan PISA/AKM:

Persamaan Soal Bebras dan PISA/ AKM:

  1. Kedua asesmen sama – sama mengukur kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis yang memerlukan penalaran logis dan cara berpikir komputasional (computational thinking) bukan hanya sekedar hafalan fakta.
  2. Baik soal Bebras maupun PISA/AKM menggunakan soal berbasis konteks dalam kehidupan sehari hari, bukan hanya sekedar soal akademik abstrak.
  3. Kedua jenis soal sama – sama focus pada proses berpikir dan bukan hanya jawaban akhir, sehingga tidak hanya berpaku pada satu jawaban atau metode penyelesaian.
  4. Kedua jenis soal mengutamakan berpikir HOTS (High Order Thinking Skills) untuk mengukur pemahaman mendalam, bukan hanya sekedar hafalan.

Perbedaan tipe soal Bebras dan PISA/AKM:

  1. Tipe soal Bebras dan PISA/AKM memiliki tujuan utama yang cukup berbeda. Soal Bebras mengasah cara berpikir komputasional (CT), sedangkan soal – soal PISA/AKM mengukur kompetensi dalam literasi, numerasi, dan sains. Fokus utama soal Bebras terletak pada logika, pola, algoritma, dekomposisi, dan abstraksi sedangkan soal PISA berfokus pada pemecahan masalah dalam dunia nyata.
  2. Soal Bebras dan PISA memiliki jenis dan karakteristik soal yang berbeda di mana soal Bebras memiliki bentuk soal pilihan ganda, mencocokkan, dan interaktif, sedangkan soal PISA/AKM memiliki bentuk soal pilihan ganda, isian singkat, dan jawaban terbuka. Konteks permasalahan pada kedua jenis soal pun cukup berbeda, di mana soal Bebras menyuguhkan permasalahan yang abstrak dan logis, sedangkan soal PISA cenderung mengangkat permasalahan pada dunia nyata.
  3. Soal – soal Bebras memiliki tingkat kesulitan yang beragam (mudah – sulit), tetapi lebih menantang secara logika, sedangkan soal PISA/AKM memerlukan tingkat berpikir tinggi karena mengukur pemikiran reflektif. Pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan soal Bebras menggunakan cara berpikir CT (logis, sistematis, dan algoritmis), sedangkan soal PISA/AKM menggunakan pendekatan HOTS (analisis, evaluasi, dan refleksi).

Kesamaan dari langkah penyelesaian kedua jenis persoalan:

  1. Mengurai permasalahan menjadi bagian yang lebih kecil.
  2. Menganalisis dan mengidentifikasi pola.
  3. Menyusun strategi penyelesaian dengan mengeliminasi detail persoalan yang tidak relevan dengan soal dan focus pada permasalahan inti saja.
  4. Menyusun langkah  langkah penyelesaian hingga menuliskan jawaban yang benar.
  5. Mengevaluasi jawaban


Unggahan ini disusun oleh Elvina Isna Nurjanah,dkk untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Computational Thinking Topik 3 Koneksi Antar Materi sebagai portofolio mata kuliah. 
Baca Selengkapnya

Hasil Kerja pada Demonstrasi Kontekstual - CT Topik 3

 

T3-5 Demonstrasi Kontekstual – Lembar Kerja Mahasiswa

Nama/NIM: Elvina Isna Nurjanah/2422520030

Jenjang/mata pelajaran yang diampu: Sekolah Dasar

Unit/No Unit: Mathematics/21

Judul Soal: Skateboard

No

Pertanyaan

Jawaban

1

Tuliskan solusi untuk soal ini!

21.1 (a) Minimum price = 40 + 14 + 16 +10 = 80 zeds

       (b) Maximum price = 65 + 36 + 16 + 20 = 137 zeds

21.2 D. 12 (Eric dapat membuat 12 jenis skateboard. 3 × 2 × 1 × 2 = 12)

21.3 Kombinasi paling mahal yang dapat dipilih Eric tanpa melebihi 120 zeds adalah 65 zeds untuk dek, 14 zeds untuk roda, 16 zeds untuk truk, dan 20 zeds untuk perangkat keras. Dengan jumlah 115 zeds

2

Tuliskan langkah-langkah berpikir Anda hingga mendapat solusi dari permasalahan ini!

Ø  Membaca dan memahami soal/pertanyaaan yang disajikan terlebih dahulu.

Ø  Menganalisis harga pada tiap produk dan jumlah item per harga.

Ø  Menyusun jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diberikan

1)      Menentukan harga minimum dan maksimum.

2)      Menghitung jumlah kombinasi skateboard.

3)      Menyesuaikan anggaran Erick.

3

Identifikasi 4 fondasi CT yang Anda gunakan dalam menyelesaikan masalah ini!

·    Dekomposisi: Membagi soal menjadi beberapa bagian kecil agar lebih mudah dipahami dan dianalisis:

1)      Soal 21.1 menetukan harga minimum dan maksimum

2)      Soal 21.2 menghitung jumlah kombinasi skateboard

3)      Soal 21.3 menyesuaikan anggaran dengan uang yang dimiliki Eric

·    Pengenalan Pola: Mengenali pola dalam pemilihan harga (harga terendah dan tertinggi) dan mengidentifikasi pola dalam cara mengkombinasikan opsi skateboard.

·    Abstraksi: Mengabaikan informasi yang tidak diperlukan untuk menjawab pertanyaan (gambar atau teks tambahan) dan fokus pada angka dan kombinasi produk.

·    Algoritma: Menyusun langkah-langkah logis dalam penyelesaian masalah

1)      Membaca dan memahami pertanyaan yang diberikan.

2)      Menganalisis tabel harga yang disajikan.

3)      Melakukan perhitungan harga, kombinasi dan alokasi anggaran.

4)      Menggunakan perhitungan logis dalam mendapatkan solusi yang tepat.

5)      Menyusun jawaban secara jelas dan sistematis.

 Unggahan ini disusun oleh Elvina Isna Nurjanah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Computational Thinking Topik 3 Demonstrasi Kontekstual sebagai portofolio mata kuliah. 

Baca Selengkapnya

Hasil Diskusi dan Penilaian pada Ruang Kolaborasi Topik 3

Lembar Kerja Ruang Kolaborasi


Kelompok 4B:

1.      Aisah Nuraini

2.      Elvina Isna Nurjannah

3.      Henggar Sulistyowati

 

Tabel 2.1. Penilaian Teman Kelompok

 

Penilaian dari teman kelompok (Lembar yang dianalisis milik Deby Pitaloka)

Kriteria Penilaian

Anggota 1 (Aisah)

Anggota 2 (Elvina)

Anggota 3 (Henggar)

Apakah cara mengerjakan soal yang dituliskan dapat dipahami?

A - Penjelasannya cukup jelas dan mudah dipahami.

A - Jawaban runtut dan sistematis.

B - Ada beberapa bagian yang perlu diperjelas agar lebih mudah dipahami.

Apakah cara mengerjakan soal sudah lengkap?

A - Semua langkah sudah dijelaskan dengan baik.

B - Ada bagian yang terasa singkat, mungkin bisa lebih dijelaskan.

B - Penjelasannya cukup baik, tapi bisa ditambahkan sedikit detail lagi.

Apakah cara mengerjakan dapat        diikuti        tanpa menimbulkan keambiguan?

A - Langkah- langkahnya jelas dan mudah diikuti.

A - Tidak ada bagian              yang membingungkan.

B - Beberapa istilah bisa               diberikan penjelasan tambahan agar lebih mudah dipahami.

Apakah 4 fondasi CT yang ditulis benar?

A - Semua fondasi CT sudah sesuai dan relevan dengan soal.

A - Fondasi CT yang digunakan sudah tepat.

A - Sudah benar dan sesuai konsep.


Apakah 4 fondasi CT yang dituliskan            dijelaskan dengan lengkap?

A - Sudah cukup lengkap              dan mendetail.

B           -           Bisa ditambahkan sedikit contoh            untuk memperjelas.

B - Penjelasannya sudah baik, tetapi akan lebih baik jika diberikan           contoh

aplikasi               dalam kehidupan sehari-hari.

Apakah contoh masalah sehari-hari yang dituliskan sesuai dengan persoalan yang diselesaikan?

A - Contohnya sesuai dan mudah dipahami.

A - Relevan dengan permasalahan yang diberikan.

A    -     Sudah    sesuai dengan konteks soal.

 

Tabel 2.2: Perbaikan yang perlu dilakukan

 

Nomor Soal

 

Hal yang perlu diperbaiki

 

Masukan atau saran perbaikan

1

Jawaban mengenai solusi belum eksplisit

Bisa ditambahkan penjelasan lebih rinci agar lebih jelas bagi pembaca

2

Langkah berpikir sudah baik, tetapi kurang penjelasan mengenai cara kerja algoritma

Berikan contoh sederhana dalam penerapan algoritma agar lebih mudah dipahami

3

Penjelasan fondasi CT cukup baik, tetapi perlu diberikan lebih banyak contoh konkret

Tambahkan ilustrasi atau contoh yang lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari agar lebih mudah dipahami



Rubrik penilaian untuk masing-masing kriteria diberikan di Tabel 2.3.

Tabel 2.3: Rubrik Penilaian untuk Masing-masing Kriteria

 

A = Sangat Baik

B = Baik

C = Cukup

D = Kurang

Jika    ketiga    soal memenuhi kriteria

Jika hanya 2 soal yang memenuhi kriteria

Jika hanya 1 soal yang memenuhi kriteria

Jika ketiga-tiganya tidak           memenuhi kriteria

 

Unggahan ini disusun oleh Elvina Isna Nurjanah, dkk untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Computational Thinking Topik 3 Ruang Kolaborasi sebagai portofolio mata kuliah. 

Baca Selengkapnya

Computational Thinking - Topik 4

 Pada tulisan kali ini akan saya sajikan pekerjaan saya pada mata kuliah Computational Thinking di Topik 4 pada alur Mulai dari Diri dan Eks...